Periode Awal
Kehadiran Universitas
Andalas sebagai sebuah perguruan tinggi kebanggaan masyarakat Sumatera Barat
bukanlah datang secara tiba-tiba. Hasrat masyarakat Sumatera Barat untuk
mendirikan sebuah perguruan tinggi sudah tumbuh semenjak memasuki abad ke-20.
Hal itu dapat dipahami karena pada masa itu sudah muncul golongan intelektual
dan cendekiawan yang peduli dengan pendidikan anak bangsa. Namun, pemerintahan
kolonial Belanda tidak memberi kesempatan sedikitpun untuk mewujudkannya.
Gagasan mendirikan
perguruan tinggi di Sumatera Barat kembali mengemuka seiring dengan
diproklamirkannya Kemerdekaan Indonesia oleh Ir.Soekarno dan Drs.Mohammad
Hatta. Para pemuka masyarakat Sumatera Barat merasakan bahwa kebutuhan generasi
muda yang terdidik, sangat mendesak. Merekalah yang diharapkan dapat mengisi
kemerdekaan dan membawa kemajuan dan kejayaan bangsa di masa datang. Akan
tetapi, berhubung pada waktu itu dalam suasana Perang Kemerdekaan, menentang
kedatangan bangsa Belanda yang hendak menjajah Indonesia kembali, maka hasrat
itu terpendam lagi.
Keinginan itu akhirnya
dapat diwujudkan pada tahun 1948 dengan mendirikan 6 (enam) akademi yang
terdiri dari Akademi Pamong Praja, Akademi Pendidikan Jasmani, dan Akte A
Bahasa Inggris, Akademi Kadet, dan Sekolah Inspektur Polisi. Keenam akademi
tersebut berada di Bukittinggi. Keberhasilan mendirikan enam akademi ini
semakin memacu para pemuka masyarakat Sumatera Barat untuk mendirikan sebuah
universitas.
Pada tahun 1949 pemerintah
Indonesia merencanakan untuk mendirikan Fakultas Hukum di Padang, Fakultas
Kedokteran di Medan dan Fakultas Ekonomi di Palembang. Namun, karena berbagai
keterbatasan yang dihadapi pada waktu itu, pemerintah Indonesia menunda untuk
menyetujuinya.
Akibat penundaan ini,
“Yayasan Sriwijaya” berinisiatif untuk mendirikan Balai Perguruan Tinggi Hukum
Pancasila (BPTHP) di Padang pada tanggal 17 Agustus 1951. Mengikuti langkah
Yayasan Sriwijaya itu, kemudian pemerintah mendirikan Perguruan Tinggi
Pendidikan Guru (PTPG) di Batu Sangkar pada tanggal 23 Oktober 1954, Perguruan
Tinggi Negeri Pertanian di Payakumbuh pada tanggal 30 November 1954, dan
Fakultas Kedokteran serta Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Pengetahuan Alam di
Bukittinggi pada tanggal 7 September 1955. Keempat perguruan tinggi itu
diresmikan oleh Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta. Seiring dengan itu, Yayasan
Sriwijaya juga menyerahkan BPTHP kepada Pemerintah Propinsi Sumatra Tengah.
Semenjak itu BPTHP berganti nama dengan Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat.[1]
Kelima fakultas itu
menjadi cikal bakal dalam mendirikan Universitas Andalas.[2] Oleh karena
merupakan universitas yang pertama didirikan di Pulau Sumatera, maka Bung Hatta
mengusulkan nama: “Universitas Andalas”,[3] dengan merujuk kepada nama Pulau
Sumatera yang waktu itu juga terkenal dengan Pulau Andalas.[4] Sungguhpun nama
itu terkesan regional, namun keberadaannya itu tetap dalam kerangka Kebangsaaan
Indonesia. Hal itu jelas terbaca dalam piagam pendiriannya: “…guna mempertinggi
ketjerdasan Bangsa Indonesia dalam arti jang seluas-luasnja dalam
berbagai-bagai Ilmu Pengetahuan”. Di samping itu, dalam lambangnya tertera pula
kata: “Universitas Andalas Untuk Kedjayaan Bangsa”. Pada tanggal 13 September
1956 Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta meresmikan pembukaan Universitas
Andalas di Bukittinggi.
Pada tahun 1958, untuk
pertama kalinya Unand mulai memetik hasil dengan lulusnya Mr. Rudito Rachmad
sebagai Sarjana Hukum pertama. Satu tahun berikutnya Fakultas Hukum dan
Pengetahuan Masyarakat mewisuda pula empat mahasiswanya, yaitu Mr. Herman
Sihombing, Mr. Zawier Zienser, Mr. Eddy Ang Ze Siang, dan Mr. Djalaluddin
Ilyas.
Universitas Andalas dan
PRRI
Suasana politik di
Indonesia semakin panas setelah kebijakan Presiden Soekarno merangkul Partai
Komunis Indonesia (PKI) dalam pemerintahannya. Kebijakan ini tidak disetujui
oleh banyak pihak, terutama dari kalangan Islam dan kelompok militer yang anti
komunis. Selain itu, sistem sentralisasi yang diterapkan oleh pemerintah pusat
juga telah menimbulkan ketimpangan dalam pembangunan daerah. Melihat langkah
Presiden Soekarno itu, pada tanggal 1 Desember 1956, beberapa bulan setelah
meresmikan Unand, Mohammad Hatta pun meletakkan jabatannya sebagai Wakil
Presiden. Sehingga, berakhirlah Dwi Tunggal: Soekarno-Hatta. Beberapa tokoh
politik dan militer pun bersepakat untuk “menegur” pusat dengan mendirikan PRRI
(Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) pada tanggal 15 Februari 1958.
Mereka menjadikan wilayah Sumatera Tengah, khususnya Sumatera Barat, sebagai basisnya.
Banyak dosen dan
mahasiswa Unand yang menunjukan kesepahamannya dengan PRRI. Bahkan, mahasiswa
Sumatera Barat yang sedang belajar di beberapa perguruan tinggi di Pulau Jawa
banyak pula yang pulang untuk mendukung PRRI. Akibatnya, Tentara Nasional Indonesia
yang dikirim oleh Presiden Soekarno untuk menghadapi PRRI, juga
memporakperandakan kampus Unand yang tersebar di beberapa kota: Padang,
Bukittinggi, Batusangkar, dan Payakumbuh serta juga yang baru dibangun di Baso,
Agam. Situasi politik pada waktu itu benar-benar tidak kondusif untuk
melaksanakan aktivitas perkuliahan. Dosen-dosen yang didatangkan dari luar
negeri, terutama dari Eropa, ada yang pulang ke negaranya masing-masing dan ada
pula yang pindah keUniversitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI),
dan Institut Pertanian Bogor (IBP). Pada masa PRRI (1958-1961) itu dapat
dikatakan sebagai periode “pasang surut” Universitas Andalas. Aset Unand yang
berada di Kampus Payakumbuh berupa rumah dinas dan sebahagian tanah sampai
sekarang masih diduduki TNI Angkatan Darat dan menjadi markas salah satu
batalyon infanteri 133/Yudha Sakti.
Universitas Andalas
Setelah PRRI Sampai Sekarang
Seiring dengan
berakhirnya keberadaan PRRI, Unand menata kembali langkahnya menuju masa depan.
Pada tahun 1961 Unand membuka kembali Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran,
dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dengan memindahkannya ke
Padang. Sedang FIPIA baru dapat dibuka setahun kemudian dan itu pun hanya untuk
satu Jurusan Biologi.
Perguruan Tinggi Ekonomi
yang didirikan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Pancasila pada tanggal 7 September
1957 juga menggabungkan diri dengan Unand. Pada tanggal 9 Oktober 1963, Unand
membuka Fakultas Peternakan. Fakultas ini merupakan yang pertama didirikan di
Indonesia. Dengan demikian, sampai tahun 1963 Unand telah memiliki 6 (enam)
fakultas, yaitu Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Pertanian,
Kedokteran, Ilmu Pasti dan Ilmu Alam, Ekonomi, dan Peternakan. Adapun FKIP
telah berkembang menjadi IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) dan
sekarang berubah nama menjadi Universitas Negeri Padang (UNP).
Setelah kepindahan
kampusnya ke Padang, Unand mulai membenahi diri secara menyeluruh, tidak hanya
dalam bidang organisasi, dosen, kepegawaian, dan kemahasiswaan saja, tetapi
juga di bidang infrastrukturnya dengan membangun gedung-gedung perkuliahan,
laboratorium, perpustakaan, perumahan dosen, asrama mahasiswa, dan berbagai
fasilitas pendukung lainnya. Kampus Air Tawar dibangun untuk Fakultas
Pertanian, FIPIA, Fakultas Peternakan, dan FKIP (sekarang: kampus UNP). Adapun
Fakultas Ekonomi berada di Kampus Jati (sekarang: Kampus Fakultas Ekonomi
Program Reguler Mandiri dan Fakultas Kedokteran Gigi). Sedangkan Fakultas
Kedokteran terdapat di dua lokasi: Kampus Jati dan Pondok (sekarang: Kampus
Prodi Kebidanan). Fakultas Hukum tetap berada di kampusnya yang lama di Parak
Karambia (sekarang: Kampus Program D3 Fakultas Hukum). Rektorat Unand lama yang
berada di Kampus Jati (Jalan Perintis Kemerdekaan No 77 Padang) difungsikan sebagai
perkantoran Fakultas Ekonomi Reguler Mandiri dan sebahagian lagi telah
dibongkar dan saat ini dibangun Rumah Sakit Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran
Gigi Unand.
Pada tahun 1962, jumlah
dosen Unand sudah mencapai 261 orang, termasuk 180 orang dosen luar biasa dan
dosen terbang. Adapun mahasiswa telah berjumlah sebanyak 3.920 orang. Dengan
demikian Unand memiliki angka ratio dosen-mahasiswa 1 : 15. Selanjutnya, semua
fakultas telah berhasil pula mewisuda sarjananya yang pertama. Masing-masingnya
adalah Fakultas Pertanian: 4 orang sarjana (1964); Fakultas Ekonomi: 5 orang
sarjana (1965); Fakultas Kedokteran: 6 dokter (1965); FIPIA (Jurusan Biologi):
1 orang sarjana (1969); dan Fakultas Peternakan: 1 orang sajana (1970).
Pada tahun 1982
Fakultas Sastra, mulai menerima mahasiswanya untuk angkatan pertama. Pada
awalnya fakultas ini bernama Fakultas Sastra dan Sosial-budaya, kemudian
berganti nama karena mengikuti SK Diretorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Konsekwensinya, Jurusan Sosiologi dengan Program Studi Sosiologi dan
Antropologi yang juga dibuka “dititipkan” di Fakultas Sastra.
Kedua prodi menjadi
embrio untuk mendirikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Oleh
karena itu kedua fakultas dapat diibaratkan dengan dua saudara: “saudara tua”
dan “saudara muda”. Kampusnya terletak di Jl. Situjuh, Jati, yang sebelumnya
merupakan Labor Fisiologi Fakultas Kedokteran. (sekarang: Gedung Percetakan dan
Penerbitan Universitas Andalas dan rumah dinas Rektor). Pada tahun 1986
Fakultas Sastra berhasil mewisuda 7 (tujuh) alumninya yang pertama. Tahun 2011
Fakultas Sastra berubah nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya.
Berikutnya, Unand
membuka pula dua Prodi Teknik Mesin dan Teknik Sipil (1985), yang merupakan
cikal bakal Fakultas Teknik. Pengelolaan kedua prodi berada di FMIPA (Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam),[5] sedangkan dalam pelaksanaan
perkuliahannya Unand berkerja sama dengan ITB. Pada tahun 1992 sebanyak 60
orang mahasiswanya berhasil menyelesaikan studinya. Setahun kemudian (13 Mei
1993) pendirian Fakultas Teknik disetujui oleh Dirjen DIKTI.
Sementara itu, PAAP
(Pendidikan Ahli Administrasi dan Perusahaan) yang dibuka di Fakultas Ekonomi
(1975), pada tahun 1982 berubah menjadi Program Diploma III (D-III) Ekonomi.
Unand merintis pula pembukaan dua Fakultas Non-gelar Teknologi (1982):
Politeknik Teknologi dan Politeknik Pertanian. Kedua Program Non-gelar
Politektik Teknologi dan Pertanian mulai menerima mahasiswanya pada tahun
akademik 1987/1988 dan 1988/1989. Kampus Politeknik Teknologi berada di Limau
Manih, sedangkan kampus Politeknik Pertanian terdapat di Tanjungpati,
Payakumbuh. Kehadiran lembaga pendidikan politeknik dimaksudkan untuk
menyiapkan tenaga ahli tingkat menengah yang sangat dibutuhkan dalam
pembangunan.
Fakultas Kedokteran
juga mengembangkan diri dengan membuka Program Pendidikan Dokter Spesialis
(SP-1, setingkat S-2) untuk Prodi Ilmu Bedah, Ilmu Penyakit Dalam, dan Ilmu
Penyakit Mata. Setahun berikutnya (1985) Unand membuka Program Pascasarjana
(S-2) melalui program KPK (Kegiatan Pengumpulan Kredit) yang berkerjasama
dengan IPB. Pada tahun 1992 Program Pascasarjana ini telah berdiri sendiri dan
sejak tahun 2000 mulai pula menerima Program Doktor (S-3) untuk Ilmu-ilmu
Pertanian, Hukum, dan Peternakan, serta Sp-2 untuk kedokteran. Alumni
pertamanya yang berhasil meraih gelar doktor adalah Dr.Ir. Isril Berd, M.S.
(sekarang: Profesor). Seiring dengan itu, Fakultas Ekonomi mulai pula menerima
mahasiswa S-2 untuk program Magister Managemen. Dengan demikian lengkaplah
jenjang pendidikan yang dikelola oleh Universitas Andalas, mulai dari Program
Non-gelar DIII, Sarjana (S-1), Pascasarjana (S-2), sampai Program Doktor (S-3).
Pada tahun 2008 Unand
mengembangkan dua jurusan menjadi dua fakultas. Kedua fakultas itu adalah: 1)
Fakultas Teknologi Pertanian yang dikembangkan dari Jurusan Teknologi
Pertanian, Fakultas Pertanian, dan 2) Fakultas Farmasi yang berasal dari
Jurusan Farmasi, FMIPA.
Pada tahun 2009,
Fakultas Kedokteran telah memiliki Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Program Studi Ilmu Keperawatan, Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, dan
Program Studi Psikologi. Fakultas MIPA telah membuka program studi Sistem
Komputer. Fakultas Ekonomi membuka 2 (dua) Jurusan Manajemen dan Ekonomi
Pembangunan di Kampus Payakumbuh dengan memanfaatkan bekas kampus Fakultas
Pertanian yang lama di Payakumbuh, pembukaan Fakultas Ekonomi Kampus Payakumbuh
atas dukungan Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh.
Pada tahun 2009 Unand
ditetapkan sebagai institusi pengelola keuangan Badan Layanan Umum dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 501/ KMK.05/ 2009, tanggal 17 Desember 2009. Dengan
peraturan ini, Unand mempunyai fleksibilitas dalam mengelola keuangan yang
bersumber dari pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dan berbagai kesulitan
serta hambatan pengelolaan keuangan yang bersumber dari pendapatan sendiri
telah dapat diatasi secara bertahap.
Pada tahun 2012 Unand
telah mempunyai Organisai dan Tata Kerja (OTK) yang baru setelah
diperjuangankan semenjak tahun 2007. OTK Unand yang baru tersebut ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 25/ 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Universitas Andalas, tanggal 18 April 2018.
OTK Unand yang baru ini
membawa babak baru dalam sejarah perkembangan Unand. Pertama, jumlah fakultas
bertambah dari 11 menjadi 15 fakultas dan semua lembaga ad hoc termasuk
Fakultas Farmasi, Fakultas Teknologi Pertanian dan Program Pascasarjana menjadi
lembaga penuh universitas. Empat fakultas baru pada tahun 2012 adalah Fakultas
Kedokteran Gigi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Keperawatan dan
Fakultas Teknologi Informasi. Keempat fakultas baru ini diresmikan pada tahun
2012.
Kedua, nomenklatur
pembantu rektor dan pembantu dekan dirubah menjadi wakil rektor dan wakil
dekan. Ketiga, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM),
Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) dan Lembaga
Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK) menjadi lembaga penuh,
mempunyai tupoksi yang jelas dan dapat bekerja maksimal untuk mendukung
kemajuan Unand.
Keempat , menghemat
pendapatan yang bersumber dari mahasiswa atau PNBP untuk membayar tujuangan
jabatan Wakil Rektor IV, Ketua dan Sekretaris Lembaga, Dekan dan Wakil Dekan
serta pejabat struktural di Fakultas Farmasi, Fakultas Teknologi Pertanian,
Direktur dan Wakil Direktur Program Pascasarjana. Sekarang semua tunjangan
jabatan tersebut sudah dibayar dengan sumber dana rupiah murni, termasuk
tunjangan jabatan pimpinan Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Keperawatan, dan Fakultas Teknologi Informasi mulai
semenjak berdirinya.
Kelima, Politeknik
Teknologi dan Poli Teknik Pertanian yang selama ini menjadi bahagian dalam
struktur Unand harus dilepas menjadi institusi mandiri. Semenjak awal tahun
2013 telah diproses pemisahan aset sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
nama institusinya telah berubah dari Polititeknik (Teknologi) Unand menjadi
Politeknik Negeri Padang dan dari Politani Unand menjadi Politani Negeri
Payakumbuh.
Pada tahun 2013 Unand
telah mempunyai statuta baru. Perubahan statuta ini juga sudah diusulkan
semenjak tahun 2007 karena statuta yang berlaku saat itu sangat tidak relevan
dan tidak mampu mengakomodasi berbagai tuntuan perkembangan yang terjadi.
Statuta Unand yang baru tersebut ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 47 tahun 2013, tanggal 13 April 2013. Dalam
statuta baru ini Rektor tidak secara otomatis menjadi ketua senat universitas
dan tidak semua guru besar secara otomatis menjadi anggota senat universitas.
Kemudian guru besar (profesor) diakomodasi dalam organ yang disebut dengan
Majelis Guru Besar. Ketua Senat dan Ketua Mejelis Guru Besar pertama
berdasarkan statuta Unand yang baru diangkat pada tahun 2013.
Pembangunan Kampus
Universitas Andalas Limau Manis
Upaya untuk menyatukan
kampus Unand yang tersebar di berbagai tempat di kota Padang telah dilakukan
sejak masa Rektor Prof.dr. Busyra Zahir (1968-1976). Usaha itu dilanjutkan oleh
Rektor, Prof Drs. Mawardi Yunus. Pada awalnya pembangunan kampus Unand
direncanakan di Ulu Gaduik, Kecamatan Lubuak Kilangan. Akan tetapi karena
lokasi itu berdekatan dengan pabrik semen “PT Semen Padang” sehingga sangat
berpeluang terkena polusinya. Maka, ada tiga alternatif sebagai gantinya: Bukit
Tambun Tulang (dekat Lembah Anai); Tunggul Hitam (dekat Bandara Tabing); dan
Bukik Karamuntiang. Adapun yang paling memenuhi syarat di antara ketiganya
adalah Bukik Karamuntiang. Lokasi itu berada di Kenagarian Limau Manih,
Kelurahan Koto Panjang, Kecamatan Pauah dan terletak sekitar 15 km sebelah
Timur kota Padang.
Dimulainya pembangunan
Kampus Limau Manis (sebutan masyarakat setempat Limau Manih), secara simbolis
dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof.Dr. Fuad Hassan dengan
meletakkan batu pertama pada tanggal 11 Maret 1986. Secara berangsur-angsur
dibangunlah gedung: rektorat, perkuliahan, fakultas, jurusan, laboratorium,
perpustakaan, asrama, dan sebagainya. Sampai sekarang pembangunan prasarana dan
sarana kampus Limau Manis masih terus berlangsung, meskipun sudah mulai
dimanfaatkan sejak tahun 1989.
Gedung yang mula-mula
dimanfaatkan adalah rektorat, sedangkan fakultas yang pertama pindah adalah
Fakultas Sastra (1990). Kemudian mengikuti: Fakultas Ekonomi, Fakultas
Peternakan dan FMIPA (1991), Fakultas Pertanian dan Fakultas Hukum (1995).
Fakultas Teknik merupakan yang terakhir pindah dari kampus Air Tawar dan
kepindahannya juga secara bertahap selama 7 tahun (2000-2007). Sedangkan
Fakultas Kedokteran belum pindah karena sekarang. Namun sebahagian kegiatan
kuliah telah dilaksanakan di gedung baru Fakultas Kedokteran, Kampus Unand
Limau Manis semenjak tahun 2013. Saat ini sedang dilaksanakan pembangunan
konstruksi hospital university yang berada di lokasi pengembangan Fakultas
Kedokteran Unand, Kampus Unand Limau Manis.
Kampus Unand Limau
Manih, diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 4 September 1995. Dalam
pidato peresmiannya, Presiden Soeharto menyampaikan:
“Kita semua berharap
agar kampus baru Universitas Andalas ini akan memberikan suasana baru pula kepada
segenap sivitas akademikanya. Dengan kampus yang baru ini, saya minta
Saudara-saudara untuk bekerja lebih giat dan lebih tekun, agar universitas ini
tidak saja menghasilkan sarjana-sarjana yang berkualitas, tetapi mampu pula
menghasilkan pemikiran-pemikiran segar bagi kemajuan bangsa serta menghasilkan
penemuan-penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Saya percaya,
bahwa generasi muda yang menuntut ilmu di universitas ini, adalah generasi baru
yang bersemangat dan mempunyai tekad baru untuk meneruskan perjuangan para
pendahulu kita, ialah mengisi kemerdekaan dengan amal-amal perbuatan nyata,
yang dapat dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat”.
Kampus Unand Limau
Manih, luasnya sekitar 500 hektar dan berada pada ketinggian ± 200 m di atas permukaan
laut. Kampus ini menghadap ke Kota Padang dengan pemandangan Samudera Hindia
yang biru membentang di sebelah Barat. Pada bagian Timur berjajar bukit
barisan. Sementara di sisi Utara dan Selatannya terdapat lembah yang
masing-masingnya dialiri oleh anak sungai. Kondisi alamnya asri dan hijau,
tentu memberikan suasana yang nyaman dan panorama alam yang indah. Sudah tentu
Kampus Unand Limau Manis amat kondusif untuk belajar dan meneliti untuk
menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kejayaan
bangsa.
Semenjak tahun 2008
pembangunan gedung baru untuk memenuhi berbagi kebutuhan terus berlansung
sampai sekarang. Gedung kuliah bersama mengalami pertambahan sebanyak tiga unit
(Gedung Kuliah G, H, dan I). Kemudian Program Pascasarjana telah memiliki
gedung tersendiri semenjak tahun 2011 dan Fakultas Keperawatan juga telah
mempunyai gedung tersendiri semenjak tahun 2012.
Pembangunan gedung yang
sedang berjalan saat adalah Dekanat dan laboratorium Fakultas Kedokteran.
Meskipun kegiatan sebahagian perkuliahan telah dimulai semenjak tahun 2013,
Fakultas Kedokteran masih memerlukan tambahan dua unit gedung laboratorium.
Setiap perguruan tinggi yang mempunyai fakultas kedokteran diwajibankan
mempunyai rumah sakit universitas (university hospital), Unand juga telah
memulai pembangunan rumah sakit universitas yang diharapkan beroperasi tahun
2015.
Meskipun Kampus Unand
Limau Manis luasnya 500 hektar, kawasan yang dapat dibangun dengan aman hanya
seluas 135 hektar. Selebihnya adalah kawasan hutan lindung dan hutan tanaman
obat Sumatera yang dimiliki Unand, padang gembala ternak dan lurah dengan
kemiringan yang tajam. Kawasan yang dapat dibangun seluas 135 hektar tersebut
sudah hampir seluruh digunakan sesuai dengan master plan pembangunan Kampus Unand
Limau Manis.
Kampus Universitas
Andalas di Luar Domisili
Untuk meningkatkan daya
tampung dan memanfaatkan aset yang dimiliki, Unand telah membuka kampus di luar
domisili. Pengertian kampus di luar domisili adalah kampus yang melaksanan
proses belajar dan mengajar di luar kampus induk sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi. Sampai saat ini Unand telah mempunyai
dua kampus di luar domisili, yaitu di Payakumbuh (Kampus II Unand) dan
Dharmasraya (Kampus III Unand).
Kegiatan Kampus Unand
II Payakumbuh dimulai tahun 2009 dengan dua prodi di bawah pengelolaan Fakultas
Ekonomi. Kedua prodi tersebut adalah Prodi Ekonomi Pembangunan dan Manajemen.
Kemudian pada tahun 2012 ditambah lagi Prodi Ilmu Peternakan. Selanjutnya
kegiatan Kampus Unand III di Dharmasraya dimulai tahun 2012 dengan membuka
Prodi Argoekoteknologi.
Rektor-rektor
Universitas Andalas
No
|
Nama
|
Periode
|
Nama Jabatan
|
1
|
Prof.dr. M.Syaaf
|
1956-1958
|
Presiden
|
2
|
Prof.dr. A. Roesma
|
1958-1964
|
Presiden
|
3
|
Prof.Drs. Harun Al Rasyid
Zein
|
1964-1968
|
Rektor
|
4
|
Prof.dr. Busyra Zahir
|
1968-1976
|
Rektor
|
5
|
Prof.Drs. Mawardi
Yunus
|
1976-1984
|
Rektor
|
6
|
Prof.Dr.Ir. Jurnalis
Kamil, M.Sc.
|
1984-1993
|
Rektor
|
7
|
Prof.Dr.Ir.H. Fachri
Achmad, M.Sc.
|
1993-1997
|
Rektor
|
8
|
Prof.Dr.H. Marlis
Rahman, M.Sc.
|
1997-2006
|
Rektor
|
9
|
Prof.Dr.Ir.H. Musliar
Kasim, M.S.
|
2006-2011
|
Rektor
|
10
|
Prof. Dr.H.Werry
Darta Taifur,SE.,MA
|
2011-2015
|
Rektor
|
Untuk mengisi masa
transisi karena Rektor yang sedang menjabat mendapat tugas lain dari negara,
maka semenjak berdiri Unand juga pernah dipimpin oleh dua orang Pejabat
Sementara (Pjs) Rektor sebagai berikut:
No
|
Nama
|
Periode
|
Jabatan
|
|
1
|
Prof. Dr. Edison
Munaf, M.Eng
|
2005
|
Pjs Rektor
|
|
16 Agustus s/d 10
Oktober 2005
|
||||
2
|
Dr. Ir. Febrin Anas
Ismail
|
2011
|
Pjs Rektor15 Juli s/d
21 November 2011
|
|
Keterangan
[1] Nama Fakultas Hukum
dan Pengetahuan Masyarakat diganti dengan Fakultas Hukum pada tahun 1983 sesuai
dengan SK Mendikbud No. 0538/O/1983 tentang Jenis dan Jumlah Jurusan pada
Fakultas di Lingkungan Universitas Andalas
[2] Universitas Andalas
disingkat dengan Unand (Statuta Universitas Andalas lama dan Statuta
Universitas Andalas yang baru).
[3] Sebelumnya,
Prof.Dr.Mr. Muhammad Yamin mengusulkan nama Universitas Adityawarman. Nama itu
berasal dari nama Raja Adityawarman yang pernah memerintah di Minangkabau. Ia
hidup sezaman dengan Patih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit dan banyak
meninggalkan prasasti (batu basurek) di daerah Tanah Datar.
[4] Pemberian nama
Pulau Andalas disebabkan karena di pulau ini tumbuh pohon andalas (Minangkabau:
andaleh; Latin: morus macroura Miq) dan pohon andalas itu merupakan tanaman
endemik (tumbuhan yang hanya ada) di Pulau Sumatera. Oleh karena itu pulalah
Pemerintahan Provinsi Sumatera Barat menetapkannya sebagai “Flora Maskot” Sumatra
Barat (SK Gubernur Sumatera Barat No. 522-414-1990, tertanggal 14 Agustus
1990). (Aswaldi Anwar, “Tanaman Andalas, Flora Maskot Sumatra Barat”, Gema
Andalas No. 4 Th 11, 2006).
Sumber
:
http://www.unand.ac.id/ (Website/Situs Resmi UNAND- UNIVERSITAS ANDALAS)
Label :
Universitas, PTN, Sumatera Barat, Sumatera
Artikel
Terkait Menarik Lainnya:
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar